JPPR, Jakarta - Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) mengingatkan tingginya tingkat apatisme pemilih pada penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Apatisme pemilih didasari atas kekecewaannya terhadap jalannya pemerintahan saat ini. Salah satunya menyangkut proses penegakan hukum.
"Sekarang ini menjadi puncak rasa kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah, baik ditingkat lokal ataupun nasional," ungkap Manajer Pemantauan JPPR, Masykurudin Hafidz, kepada wartawan di Jakarta, Minggu (3/6/2012).
Masyarakat atau calon pemilih, kata dia, sebenarnya berpikir sederhana dalam kesehariannya. Yakni, bagaimana dalam menjalankan aktivitas sehari-hari yang berkenaan dengan nafkah, tidak terpengaruh dengan jalannya pemerintahan. Sebab, kebutuhan perut anggota keluarga tidak bisa ditunda barang sehari.
"Apatisme masyarakat bukan karena mereka malas memilih, tetapi karena sudah seringkali memilih tetapi ternyata dibohongi," tandas Hafidz.
"Hampir-hampir tidak ada perubahan dalam sistem Pemilu 2014 dengan 2009, dimana uang akan menjadi faktor penting untuk menang," tambahnya.
Ia menyinggung bagaimana perilaku pejabat di negara ini dengan kemewahan dari besarnya gaji dan subsidi yang diterimanya, ditambah carut-marutnya proses penegakan hukum korupsi. Sementara masyarakat mengharapkan sebaliknya, bagaimana mereka merasakan beban hidup yang ditanggungnya dan proses penegakan hukum yang adil. [yeh]
sumber: inilah dot com
repost: Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)
Tidak ada komentar: